SIPENIPU
ORANG KAMPUNG
Oleh:Aditia
Pamungkas
Nak...ini adalah sebuah
kisah lama yang Ayah alami ketika masih merantau ke Tanah Sunda untuk belajar
di Institut Terbaik Bangsa.
Saat itu dua minggu
sehabis Idul Fitri tahun ketiga Ayah kuliah,Ayah dan teman-teman sekampus,Johan
dan Heri kembali ke Tanah Sunda setelah memuaskan rindu di kampung halaman,
Padang Kota Tercinta dengan mengunakan bus.Diperjalanan kami satu bus dengan
seorang gadis sangat jelita tapi dari penampilannya dia seperti seorang gadis
dari kampung yang baru merantau ke Bandung.
Johan dan Heri sangat
terpesona akan kecantikan gadis itu,mungkin kalau zaman sekarang seperti Ananda
melihat girlband dari Korea yang ananda gandrungi itu.Tanpa sadar seorang bapak
tua memperhatikan mereka berdua yang asyik menatap gadis itu
menegur.”Nak,mengapa kau melihat gadis itu terlalu lama?tidak baik itu.”.Ujar
bapak itu kepada Johan dan Heri.”Owh maaf Pak,kami sangat terpana akan
kecantikan gadis itu.”.Balas Johan.”Hahahah,tahukah kamu Nak,gadis cantik itu
adalah anak gadis Bapak?’.Sehenyak Heri dan Johan mendengar hal itu sangat
terkejut dan malu,ternyata yang menegur mereka adalah ayah sigadis cantik itu.Johan
yang merasa malu kemudian mengalihkan topik pembicaraan,”Owh maaf kelancangan
kami pak,kalau boleh tahu apa tujuan Bapak ke Bandung?.”Tanya Johan.”Anak
gadis bapak yang kau lihat itu,baru saja
menikah dengan lelaki tampan yang duduk disampingnya itu dan bapak berniat
untuk mengantarkannya sekaligus ingin melihat tempat tinggal menantu bapak
itu.” Jawab Bapak itu.”Dan lihatlah menantu bapak dia sangat gagah bukan?
seperti penjabat.Asal ananda tahu,dia adalah seorang pengusaha toko buku yang
sukses di Bandung.” Lanjut Bapak tua itu.Johan melihat sepintas lelaki
tersebut,berpakaian baju flamboyan,celana dasar putih,rambut klimis basah
dengan minyak tauco dan disampingnya tas presiden,Johan pun bergumam,”Memang
pantas lelaki ini bersanding dengan gadis itu.”.
Tak terasa,dua hari
berlalu kami berada di dalam bus dan sudah sampai di Kota Bandung.Berpisahlah
ayah dan teman-teman ayah dengan gadis
cantik,bapak tua dan menantunya diterminal.Dua minggu kemudian,ayah dan
teman-teman ayah berkeliling dikawasan pertokoan buku Palasari.Seperti
biasa,semester baru,maka mahasiswa diwajibkan untuk mencari buku-buku sebagai
bahan referensi perkuliahan.Terlihat oleh Ayah,buku yang ayah cari dijual oleh
seorang pedagang buku kecil yang berlapakkan sebuah gerobak kecil dan
persediaan buku yang dijual sedikit.Ayah-pun mengambil buku tersebut,melihat
isinya,tertarik kemudian Ayah pun menanyakan harganya kepada penjual.”Kang
berapa harga buku ini?”.Tanya Ayah.”Dua puluh lima ribu Rupiah dek.”Jawab
sipenjual.Ayahpun melihat kepada penjual kemudian terdiam,bukan karena harga
buku yang mahal,tetapi melihat wajah penjualnya.Ternyata dia adalah menantu
Bapak Tua yang Ayah temui di bus perjalanan ke Bandung dulu.Walaupun dia
berpakaian lusuh,rambut acak-acakan dan agak sedikit beraroma kurang
enak,berbeda dengan penampilannya saat bersama didalam bus.
Ayahpun bertanya,”Uda(panggilan abang di Minang),bukankah uda
yang bersama dengan saya pada perjalanan di bus dua minggu lalu?”.Sontak
mendengar pertanyaan Ayah,Uda itupun berubah raut mukanya.”Bukan,akang tidak
pernah melakukan perjalanan dengan bus dalam bulan ini.”.Elak Uda itu dengan
tergagap.Kebetulan Johan dan Heri menghampiri ayah,pada saat melihat penjual
tersebut,merekapun juga terkejut,terlihat dari raut mukanya.”Uda bukankah uda
yang satu perjalanan dengan kita dua minggu lalu?”.Tanya Johan
sama.”Bukan,kalian salah orang!”.Elak Uda itu.Johan yang bersifat keras dan
pantang menyerah berujar,”Tidak mungkin saya salah,Uda menantu Bapak Tua yang
saya lihat dua minggu lalu,memang penampilan Uda berubah tetapi wajah Uda tetap
sama!!”.Beberapa menit kemudian akhirnya Uda itupun menyerah,dia pun berkata,”Owya
maaf Uda lupa,memang benar kita satu perjalanan di bus kemarin.”.Johanpun
membalas,”Lalu dimana toko uda yang besar seperti dikatakan Bapak Tua?”.”Sudah
terbakar Diak,saat Uda ber-idul fitri,toko tersebut habis dilalap api,akhirnya
terpaksa uda menjual dengan gerobak disini.”Balas si Uda.”Terus dimana sekarang
mertua dan istri uda?”Tanya Johan.”Mereka sekarang sudah kembali lagi kekampung
dik,ada hal yang harus mereka lakukan disana.”Timpal si Uda.”Owh,baiklah
uda,sampaikan salam saya untuk mereka ya,kami pergi dahulu.”Ujar Johan.”Baiklah
dik.”Jawab Uda.
Sepanjang perjalanan
pulang,kami semua tertawa geli menyikapi perilaku si Uda tersebut.”Tidak
terbayangkan olehku kawan,ternyata si Uda,menantu kebanggaan si Bapak Tua itu ,yang
mengaku sebagai pengusaha toko buku sukses adalah penipu ulung,pastilah si
Bapak dan Anak Gadisnya itu meninggalkan si Uda pembohong itu sehingga mereka
kembali ke Padang.”Kata Johan sambil tertawa terbahak-bahak.”Iya sobat,pastilah
malu Bapak itu dikampung halamannya mengetahui menantunya itu ternyata pedagang
buku gerobak.”Timpal Heri.”Sayang sekali ya,secantik apapun anak bapak
itu,kalau berstatus janda pastilah orang sungkan untuk menikahinya kecuali
seorang duda.”Balas Johan.”Andai saja kau bertemu dengan gadis itu lebih dahulu
Johan,pastilah si Bapak lebih senang menjadikan kamu sebagai menantunya,daripada
si Uda penipu itu.”Ayah menyahuti dan menyelesaikan percakapan kami.
“Begitulah anakku,
dalam hidup kita jangan terlalu percaya dengan penampilan seseorang,semua itu
bisa menipu.”Ayah memberi wejangan padaku.”Iya ayah,pengalaman ayah ini
sepertinya selalu terjadi setiap lima tahun”.Jawabku.”Loh?mana ada setiap lima
tahun terjadi?”Tanya heran ayahku.”Iya ayah,cerita ayah kalau dianalogikan
mirip dengan para wakil rakyat yang berpenampilan baik kemudian mengumbar-umbar
harapan kepada orang-orang kampung agar memilih mereka agar duduk di Senayan
kemudian pada akhirnya pada saat mereka terpilih,orang kampung itu ternyata
hanya ditipu oleh mereka.”Jelasku kepada ayah.”Hahahaha,ada-ada saja kamu.”Ayah
menutup percakapan ini kemudian pergi ke kamar untuk beristirahat.